BAB I
TINJAUAN PUSTAKA
1.1 DefinisiHiperparatiroidme
Hiperparatiroidisme adalah berlebihnya produksi hormon
paratiroid oleh kelenjar paratiroid ditandai dengan dekalsifikasi tulang dan
terbentuknya batu ginjal yang mengandung kalsium. Hiperparatiroidisme dibagi
menjadi 2, yaitu hiperparatiroidisme primer dan sekunder. Hiperparatiroidisme
primer terjadi dua atau tiga kali lebih sering pada wanita daripada laki-laki
dan pada pasien-pasien yang berusia 60-70 tahun. Sedangkan hiperparatiroidisme
sekunder disertai manifestasi yang sama dengan pasien gagal ginjal kronis.
Rakitisi ginjal akibat retensi fosfor akan meningkatkan stimulasi pada kelenjar
paratiroid dan meningkatkan sekresi hormon paratiroid. (Brunner & Suddath,
2001) .
Hiperparatiroidisme
adalah suatu keadaan dimana kelenjar-kelenjar paratiroid memproduksi lebih
banyak hormon paratiroid dari biasanya. Pada pasien dengan hiperparatiroid,
satu dari keempat kelenjar paratiroid yang tidak normal dapat membuat kadar
hormon paratiroid tinggi tanpa mempedulikan kadar kalsium. dengan kata lain
satu dari keempat terus mensekresi hormon paratiroid yang banyak walaupun kadar
kalsium dalam darah normal atau meningkat.
1.2 Etiologi
Penyebabhiperparatiroidmesekunderadalahhipokalsemiakarenagagalginjalmenahunataumalabsorbsikalsium.
Menurut Suzanne & Brenda (2001) membagiempatetiologidariklienhiper-paratiroidyakni
:
1. Adenoma paratiroidtunggal
(85 %)
2. Adenoma paratiroidmultipel
3. Hyperplasia
selutamakeempatkelenjar (15%)
4. Karsinomaparatiroiddengankeaktifan
hormonal (jarang)
1.3 Manifestasiklinis
Pasien mungkin tidak atau mengalami tanda-tanda dan
gejala akibat terganggunya beberapa sistem organ. Gejala apatis, keluhan mudah
lelah, kelemahan otot, mual, muntah, konstipasi, hipertensi dan aritmia jantung
dapat terjadi; semua ini berkaitan dengan peningkatan kadar kalsium dalam
darah. Manifestasi psikologis dapat bervariasi mulai dari emosi yang mudah
tersinggung dan neurosis hingga keadaan psikosis yang disebabkan oleh efek
langsung kalsium pada otak serta sistem saraf. Peningkatan kadar kalsium akan
menurunkan potensial eksitasi jaringan saraf dan otot.
Pembentukan batu pada salah satu atau kedua ginjal yang
berkaitan dengan peningkatan ekskresi kalsium dan fosfor merupakan salah satu
komplikasi hiperparatiroidisme primer. Kerusakan ginjal terjadi akibat presipitasi
kalsium fosfat dalam pelvis da ginjal parenkim yang mengakibatkan batu ginjal
(rena calculi), obstruksi, pielonefritis serta gagal ginjal.
Gejala muskuloskeletal yang menyertai hiperparatiroidisme
dapat terjadi akibat demineralisasi tulang atau tumor tulang, yang muncul
berupa sel-sel raksasa benigna akibat pertumbuhan osteoklast yang berlebihan.
Pasien dapat mengalami nyeri skeletal dan nyeri tekan, khususnya di daerah
punggung dan persendian; nyeri ketika menyangga tubuh; fraktur patologik; deformitas;
dan pemendekkan badan. Kehilangan tulang yang berkaitan dengan
hiperparatiroidisme merupakan faktor risiko terjadinya fraktur.
Insidens ulkus peptikum dan prankreatis meningkat pada
hiperparatiroidisme dan dapat menyebabkan terjadinya gejala gastroitestinal.
(Brunner & Suddath, 2001)
1.4 Patofisiologi
Hiperparatiroidisme dapat bersifat
primer (yaitu yang disebabkan oleh hiperplasia atau neoplasma paratiroid) atau
sekunder, dimana kasus biasanya berhubungan dengan gagal ginjal kronis.
Pada 80% kasus, hiperparatiroidisme primer disebabkan
oleh adenoma paratiroid jinak; 18% kasus diakibatkan oleh hiperplasia kelenjar
paratiroid: dan 2% kasus disebabkan oleh karsinoma paratiroid (damjanov,1996).
Normalnya terdapat empat kelenjar paratiroid. Adenoma atau karsinoma paratiroid
ditandai oleh pembesaran satu kelenjar, dengan kelenjar lainnya tetap normal.
Pada hiperplasia paratiroid, keempat kelenja membesar. Karena diagnosa adenoma
atau hiperplasia tidak dapat ditegakan preoperatif, jadi penting bagi ahli bedah
untuk meneliti keempat kelenjar tersebut. Jika teridentifikasi salah satu
kelenjar tersebut mengalami pembesaran adenomatosa, biasanya kelenjar tersebut
diangkat dan laninnya dibiarkan utuh. Jika ternyata keempat kelenjar tersebut
mengalami pembesaran ahli bedah akan mengangkat ketiga kelelanjar dan
meninggalkan satu kelenjar saja yang seharusnya mencukupi untuk mempertahankan
homeostasis kalsium-fosfat.
Hiperplasia paratiroid sekunder dapat dibedakan dengan
hiperplasia primer, karena keempat kelenjar membesar secara simetris.
Pembesaran kelanjar paratiroid dan hiperfungsinya adalah mekanisme kompensasi
yang dicetuskan oleh retensi format dan hiperkalsemia yang berkaitan dengan
penyakit ginjal kronis. Osteomalasia yang disebabkan oleh hipovitaminosis D, seperti
pada riketsia, dapat mengakibatkan dampak yang sama.
Pada saat kadar
kalsium serum mendekati 12 mg/dL, tubular ginjal mereabsorpsi kalsium secara
berlebihan sehingga terjadi keadaan hiperkalsiuria. Hal ini dapat meningkatkan
insidens nefrolithiasis, yang mana dapt menimbulkan penurunan kreanini klearens
dan gagal ginjal. Peningkatan kadar kalsium ekstraselular dapat mengendap pada
jaringan halus. Rasa sakit timbul akibat kalsifikasi berbentuk nodul pada
kulit, jaringan subkutis, tendon (kalsifikasi tendonitis), dan kartilago
(khondrokalsinosis). Vitamin D memainkan peranan penting dalam metabolisme
kalsium sebab dibutuhkan oleh PTH untuk bekerja di target organ.
Kenaikkan kadar
kalsium serum saja merupakan gambaran yang nonspesifik karena kadar dalam serum
ini dapat berubah akibat diet, obat-obatan dan perubahan pada ginjal serta
tulang. Perubahan tulang dapat dideteksi dengan pemeriksaan sinar-x atau
pemindai tulang pada kasus-kasus penyakit yang sudah lanjut. Penggambaran
dengan sinar X pada abdomen bisa mengungkapkan adanya batu ginjal dan jumlah
urin selama 24 jam dapat menyediakan informasi kerusakan ginjal dan resiko batu
ginjal. Pemeriksaan antibodi ganda hormon paratiroid digunakan untuk membedakan
hiperparatiroidisme primer dengan keganasan, yang dapat menyebabkan
hiperkalsemia. Pemeriksaan USG, MRI, Pemindai thallium serta biopsi jarum halus
telah digunakan untuk mengevaluasi fungsi paratiroid dan untuk menentukan
lokasi kista, adenoma serta hiperplasia pada kelenjar paratiroid.
1.5 Penatalaksanaan
Terapi yang dianjurkan bagi pasien hiperparatiroidisme
primer adalah tindakan bedah untuk mengangkat jaringan paratiriod yang
abnormal. Namun demikian, pada sebagian pasien yang asimtomatik disertai
kenaikaan kadar kalsium serum ringan dan fungsi ginjal yang normal, pembedahan
dapat ditunda dan keadaan pasien dipantau dengan cermat akan adanya kemungkinan
bertambah parahnya hiperkalsemia, kemunduran kondisi tulang, gangguan ginjal
atau pembentukan batu ginjal (renal calculi).
Dehidrasi karena gangguan pada ginjal mungkin terjadi,
maka penderita hiperparatiroidisme primer dapat menderita penyakit batu ginjal.
Karena itu, pasien dianjurkan untuk minum sebanyak 2000 ml cairan atau lebih
untuk mencegah terbentuknya batu ginjal. Jus buah yang asam dapat dianjurkan
karena terdapat bukti bahwa minuman ini dapt menurunkan pH urin. Kepada pasien
diuminta untuk melaporkan manifestasi batu ginjal yang lain seperti nyeri
abdomen dan hemapturia. Pemberian preparat diuretik thiazida harus dihindari
oleh pasien hiperparatiroidisme primer karena obat ini akan menurunkan eksresi
kalsium lewat ginjal dan menyebabkan kenaikan kadar kalsium serum. Disamping
itu, pasien harus mengambil tindakan untuk menghindari dehidrasi. Karena adanya
resiko krisis hiperkalsemia, kepada pasien harus diberitahukan untuk segera
mencari bantuan medis jika terjadi kondisi yang menimbulkan dehidrasi (muntah,
diare).
Mobilitas pasien dengan banyak berjalan atau penggunaan
kursi goyang harus diupayakan sebanyak mungkin karena tulang yang mengalami
stress normal akan melepaskan kalsium merupakan predisposisi terbentuknya batu
ginjal.
Pemberian fosfat per oral menurunkan kadar kalsium serum
pada sebagian pasien. Penggunaan jangka panjang tidak dianjurkan karena dapat
mengakibatkan pengendapan ektopik kalsium fosfat dalam jaringan lunak.
Diet dan obat-obatan. Kebutuhan nutrisi harus dipenuhi
meskipun pasien dianjurkan untuk menghindari diet kalsium terbatas atau kalsium
berlebih. Jika pasien juga menderita ulkus peptikum, ia memerlukan preparat
antasid dan diet protein yang khusus. Karena anoreksia umum terjadi,
peningkatan selera makan pasien harus diupayakan. Jus buah, preparat pelunak
feses dan aktivitas fisik disertai dengan peningkatan asupan cairan akan
membantu mengurangi gejal konstipasi yang merupakan masalah pascaoperatif yang
sering dijumpai pada pasien-pasien ini.
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN
2.1 Pengkajian
1)
Riwayatkesehatanklien.
2)
Riwayatpenyakitdalamkeluarga.
3)
Keluhanutama, antaralain :
a) Sakit kepala, kelemahan, lethargi dan kelelahan otot
b) Gangguan pencernaan seperti mual, muntah, anorexia,
dan nyeri lambung yang akan disertai penurunan berat badan
c)
Depresi
d)
Nyeritulangdansendi.
4)
Riwayat trauma/frakturtulang.
5)
Riwayatradiasidaerahleherdankepala.
6)
Pemeriksaanfisik yang mencakup :
a) Observasi dan palpasi adanya deformitas tulang.
b) Amati warna kulit, apakah tampak pucat.
c)
Perubahantingkatkesadaran.
8)
Pemeriksaandiagnostik, termasuk :
a)
Pemeriksaanlaboratorium :dilakukanuntukmenentukankadarkalsiumdalam plasma yang
merupakanpemeriksaanterpentingdalammenegakkankondisihiperparatiroidisme.
Hasilpemeriksaanlaboratoriumpadahiperparatiroidisme primer
akanditemukanpeningkatankadarkalsium serum; kadar serum
posfatanorganikmenurunsementarakadarkalsiumdanposfat urine meningkat.
b) Pemeriksaan radiologi, akan tampak penipisan tulang
dan terbentuk kista dan trabekula pada tulang.
b.
DiagnosaKeperawatan
Diagnosakeperawatanutama yang
dapatdijumpaipadakliendenganhiperparatiroidismeantaralain :
1) Risiko cidera yang berhubungan dengan demineralisasi
tulang yang mengakibatkan fraktur patologi.
2) Perubahan eliminasi urine yang berhubungan dengan
keterlibatan ginjal sekunder terhadap hiperkalsemia dan hiperfosfatemia.
3) Perubahan nutrisi yang berubahan dengan anorexia dan
mual.
c.
RencanaTindakanKeperawatan
1)
DiagnosaKeperawatan :Risikocidera yang
berhubungandengandemineralisasitulang yang mengakibatkanfrakturpatologi.
Tujuan : Klien tidak
akan menderita cidera, seperti yang ditunjukkan oleh tidak terdapatnya fraktur
patologi.
IntervensiKeperawatan :
1.
Lindungi klien
dari kecelakaan jatuh, karena klien rentan untuk mengalami fraktur patologis
bahkan oleh benturan ringan sekalipun. Bilaklienmengalamipenurunankesadaranpasanglahtiralitempattidurnya.
2.
Hindarkankliendarisatuposisi yang menetap, ubahposisikliendenganhati-hati.
3. Bantu klien memenuhi kebutuhan sehari-hari selama
terjadi kelemahan fisik.
4. Atur aktivitas yang tidak melelahkan klien.
5. Ajarkan cara melindungi diri dari trauma fisik seperti
cara mengubah posisi tubuh, dan cara berjalan serta menghindari perubahan
posisi yang tiba-tiba.
6.
Ajarkan klien
cara menggunakan alat bantu berjalan bila dibutuhkan. Anjurkanklien agar
berjalansecaraperlahan-lahan.
2)
DiagnosaKeperawatan :Perubahaneliminasi urine yang
berhubungandenganketerlibatanginjalsekunderterhadaphiperkalsemiadanhiperfosfatemia.
Tujuan :Klienakankembalipadahaluaran urine
normal, seperti yang ditunjukkanolehtidakterbentuknyabatudanhaluaran urine 30
sampai 60 ml/jam.
IntervensiKeperawatan:
1. Perbanyak asupan klien sampai 2500 ml cairan per hari.
Dehidrasi merupakan hal yang berbahaya bagi klien dengan hiperparatiroidisme
karena akan meningkatkan kadar kalisum serum dan memudahkan terbentuknya batu
ginjal.
2. Berikan sari buahn canbery atau prune untuk membantu
agar urine lebih bersifat asam. Keasaman urine yang tinggi membantu mencegah
pembentukkan batu ginjal, karena kalsium lebih mudah larut dalam urine yang
asam ketimbang urine yang basa.
3) Diagnosa Keperawatan : ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berubahan dengan anorexia dan mual.
Tujuan : Klien akan
mendapat masukan makanan yang mencukupi, seperti yang dibuktikan oleh tidak
adanya mual dan kembali pada atau dapat mempertahankan berat badan ideal.
IntervensiKeperawatan:
1.
Berikandoronganpadaklienuntukmengkonsumsi diet
rendahkalsiumuntukmemperbaikihiperkalsemia.
2.
Jelaskanpadaklienbahwatidakmengkonsumsisusudanproduksusudapatmenghilangkansebagianmanifestasi
gastrointestinal yang tidakmenyenangkan.
3.
Bantu klienuntukmengembangkan diet yang mencakuptinggikaloritanpaproduk yang
mengandungsusu.
4.
Rujukklienkeahligiziuntukmembantuperencanaan diet klien.
BAB
III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Hiperparatiroidisme adalah berlebihnya produksi hormon
paratiroid oleh kelenjar paratiroid ditandai dengan dekalsifikasi tulang dan
terbentuknya batu ginjal yang mengandung kalsium. Hiperparatiroidisme dibagi
menjadi 2, yaitu hiperparatiroidisme primer dan sekunder.
Yang
gejalaklinisnyamudahlelah, mual, muntah, kelemahanotot,
konstipasidanhipertensi.
3.2 Saran
Dalam pembuatan
makalah ini kelompok masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu kelompok meminta
kritik dan saran yang membangun dari pembaca. Semoga makalah yang kami buat
dapat bermanfaat bagi pembaca.
DAFTAR PUSTAKA
Smeltzer,
Suzzanne C.2001.Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth
Ed.8.Jakarta: EGC.
Sjamsuhidajat
R. 2010. Buku Ajar IlmuBedah.Jakarta : EGC.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar