RETINOBLASTOMA PADA ANAK
DISUSUN OLEH
NI WAYAN SINTA APRILLIA
KATA PENGANTAR
KATA PENGANTAR
“Om Swastyastu”
Puji syukur kami
panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena telah memberikan rahmat dan
karunia-Nya kepada kami sehingga kami mampu menyelesaikan laporan pendahuluan
dan laporan kasus keperawatan anak II dengan judul “Asuhan Keperawatan Anak
dengan Retinoblastoma” Adapun pembuatan makalah ini bertujuan untuk memenuhi
tugas mata kuliah Keperawatan Anak II.
Dalam menyelesaikan penulisan
makalah ini, kami mendapat banyak bantuan dari berbagai pihak dan sumber. Oleh
karena itu kami sangat menghargai bantuan dari semua pihak yang telah
memberikan kami bantua dukungan juga semangat, buku dan sumber lainnya sehingga
tugas ini dapat terselesaikan. Oleh karena itu melalui media ini kelompok
menyampaikan ucapan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu
pembuatan makalah ini.
Kami menyadari bahwa
makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan karena
keterbatasan kemampuan dan ilmu pengetahuan kelompok mengharapkan kritik dan
saran yang membangun guna untuk menyempurnakan makalah ini.
“ Om Santih, Santih, Santih Om”
Denpasar,
20 September 2019
Kelompok
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Retinoblastoma adalah tumor intraokuler maligna primer masa anak yang
paling lazim. Retinoblastoma terjadi pada kira-kira
1 dalam 18.000 bayi. 250-300 kasus
baru terdiagnosis
setiap tahun di Amerika
Serikat. Terdapat pola transmisi
herediter dan non-herediter, tidak ada prediksi jenis
kelamin atau ras.
Tumor terjadi bilateral pada 25-35%
kasus. Umur rata-rata saat diagnosis untuk tumor
bilateral adalah 12 bulan, kasus unilateral didiagnosis pada rata-rata umur 21
bulan. Kadang-kadang, tumor ditemukan
saat lahir, saat remaja, atau bahkan pada
masa dewasa (Nelson,
2000).
Manifestasi
klinik retinoblastoma bervariasi tergantung
pada stadium waktu
tumor terdeteksi.
Tanda permulaan pada kebanyakan penderita adalah reflek pupil
putih (leukokoria). Leukokoria terjadi karena reflek cahaya oleh
tumor yang putih.
Tanda kedua yang paling sering adalah strabismus. Tanda yang kurang sering meliputi pseudohipopion
(sel tumor yang
terletak
inferior di depan iris), disebabkan oleh benih tumor di kamera inferior mata, hifema (darah yang
terdapat
di depan iris) akibat neovaskularisasi iris, perdarahan vitreus, atau tanda selulitis
orbita. Pada pemeriksaan tumor
tampak sebagai massa putih, kadang-kadang kecil dan relative datar, kadang-kadang besar dan menonjol. Ia mungkin tampak
nodular. Kekeruha vitreus dan benih tumor
mungkin nyata (Nelson, 2000).
Secara umum, semakin
dini penemuan tumor maka, semakin besar pula kemungkinan untuk
menyelamatkan organ penglihatan dan
mengurangi
resiko metastase yang lebih
luas.
B. Rumusan masalah
1. Apakah defisini retinoblastoma ?
2. Apa etiologi dari penyakit
retinoblastoma ?
3. Apa saja tanda dan gejala penyakit
retinoblastoma ?
4. Apa saja klasifikasi penyakit
retinoblastoma ?
5. Bagaimana penatalaksanaan penyakit
retinoblastoma ?
6. Apa saja komplikasi penyakit
retinoblastoma ?
C. Tujuan Penulisan
1.
Untuk
mengetahui bagaimana konsep dasar penyakit retinoblastoma
2.
Untuk
mengetahui bagaimana konsep asuhan keperawatan pada anak retinoblastoma
3.
Untuk
mengetahui bagaimana contoh asuhan keperawatan pada anak dengan retinoblastoma
D. Manfaat Penulisan
1. Manfaat teoritis dari penyusunan
makalah ini agar mahasiswa memperoleh pengetahuan tambahan dan dapat
mengembangkan wawasan mengenai asuhan keperawatan pada anak dengan
retinoblastoma
2. Manfaat praktis dari penyusunan
makalah ini agar para pembaca mengetahui bagaimana cara untuk menyusun sebuah asuhan
keperawatan pada anak dengan retinoblastoma dan dapat menerapkan dalam
melakukan tindakan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.
DEFINISI RETINOBLASTOMA
Retinoblastoma adalah kanker yang
bermula di retina atau selaput jala mata. Retinoblastoma menyerang retina yang
terletak pada dinding bola mata bagian belakang.
Retina terdiri dari jaringan saraf
yang berfungsi untuk mengirimkan pola cahaya yang ditangkapnya kepada otak
melalui saraf optik, sehingga mata bisa melihat. Saat
terjadi retinoblastoma, sel-sel mata yang disebut retinoblas tidak berubah
menjadi sel matang, melainkan terus membelah diri sehingga membentuk kanker
pada retina.
Retinoblastoma dapat menyerang
salah satu atau kedua mata. Kondisi ini biasanya dialami oleh balita.
Retinoblastoma pada umumnya ditemukan sebelum menyebar keluar dari bagian mata
yang berwarna putih, sehingga masih dapat disembuhkan dengan beberapa
pilihan penanganan. Misalnya melalui radioterapi, operasi,
atau kemoterapi.
B. ETIOLOGI
Retinoblastoma dapat terjadi sejak
janin berada dalam rahim. Selama tahap awal pertumbuhannya, sel retinoblas
membelah diri menjadi sel baru. Selanjutnya, sel akan berkembang menjadi
sel retina yang matang. Pada kasus retinoblastoma, terjadi perubahan atau
mutasi gen sehingga sel tumbuh terus-menerus secara tidak terkendali.
Hingga saat ini penyebab terjadinya
mutasi gen belum dapat dipastikan. Sekitar 25% dari kasus retinoblastoma
diturunkan dengan pola autosomal dominan, yaitu meskipun hanya salah satu orang
tua yang mewariskan gen tersebut pada anak, dapat meningkatkan risiko
terjadinya retinoblastoma. Retinoblastoma yang diturunkan biasanya akan
menyerang kedua mata. Sedangkan retinoblastoma yang tidak diturunkan dari
orang tua, umumnya hanya akan mengenai salah satu mata.
C. MANIFESTASI
KLINIS
Tanda yang muncul dari
retinoblastoma adalah berupa leukokoria, yaitu adanya warna putih pada pupil
mata saat disinari cahaya. Pembuluh darah yang berada di belakang mata
seharusnya memancarkan warna merah jika disinari cahaya. Selain itu,
tanda-tanda yang dapat menyertai retinoblastoma adalah:
·
Gerakan mata kanan dan kiri berbeda, atau tidak sejalan.
·
Pupil selalu terbuka lebar.
D. KLASIFIKASI
RETINOBLASTOMA
Menurut Reese-Ellworth
Retinoblastoma digolongkan menjadi
1.
Golongan I
a.
Tumor soliter/
multiple kurang dari 4 diameter pupil
b.
Tumor multiple tidak
boleh dari 4 diameter dan terdapat atau dibelakang ekuator
2.
Golongan II
a.
Tumor solid dengan
diameter 4-10 dd pada atau dibelakang ekuator
b.
Tumor multiple dengan
diameter 4-10 dd pada atau belakang ekuator
3.
Golongan III
a.
Beberapa lesi didepan
ekuator
b.
Tumor ada didepan
ekuator atau tumor soliter berukuran >10 diameter papil
4.
Golongan IV
a.
Tumor multiple sebagian besar >10 dd
b.
Beberapa lesi menyebar
ke anterior ke ora serrata
5.
Golongan V
a.
Tumor massif mengenai
lebih dari setengah retina
b.
Penyebaran ke vitreous
Tumor menjadi lebih besar, bola mata membesar menyebabkan
eksoftalmus kemudian dapat pecah kedepan sampai keluar dari rongga orbita
disertai nekrosis diatasnya. Menurut Grabowski dan Abrahamson, membagi penderajatan
berdasarkan tempat utama berdasarkan tempat utama dimana retinoblastoma
menyebar sebagai berikut :
1.
Derajat I intraocular
a.
Tumor retina
b.
Penyebaran ke lamina
fibrosa
c.
Penyebaran ke ueva
2.
Derajat II Orbita
a.
Tumor orbita : sel-sel
episklera yang tersebar, tumor terbukti dengan biopsy
b.
Nervous optikus
E. PATOFISIOLOGI
Retinoblastoma biasanya tumbuh dibagian posterior retina. Tumor ini
terdiri dari sel-sel ganas kecil, bulat yang berlekatan erat dengan sitoplasma
sedikit. Bentuk roset ada. mungkin menggambarkan usaha yang gagal untuk
membentuk sel konus dan batang. Jika timbul dalam lapisan inti interna, tumor
itu tumbuh ke dalam ruang vitreus. Pertumbuhan endofitik ini mudah dilihat
dengan oftalmoskop. Tumor eksofitik (yang timbul dalam lapisan inti eksterna dan
tumbuh kedalam ruang sub-retina, dengan ablasi retina) tersembunyi dan
didiagnosis lebih sukar. Fragmen tumor mungkin lepas dari tumor endofitik dan
mengambang dalam ruang vitreus untuk “menyemai” bagian–bagian lain retina.
Persemaian vitreus berkaitan dengan tumor besar (biasanya diameter lebih dari 5
disk) dan berprognosis buruk. Perluasan retinoblastoma kedalam koroid biasanya
terjadi pada tumor yang masif dan mungkin menunjukan peningkatan kemungkinan
metastasis hematogen. Perluasan tumor melalui lamina kribosa dan sepanjang
saraf mata dapat menyebabkan keterlibatan susunan saraf pusat. Invasi koroid
dan saraf mata meningkatkan resiko penyakit metastasis (Nelson, 2000).
F.
PATHWAY
|
|||||
G.
PENATALAKSANAAN
Langkah
penanganan ditentukan berdasarkan tingkat keparahan retinoblastoma. Terdapat
beberapa pilihan terapi yang dapat dilakukan untuk membunuh sel kanker pada
retinoblastoma, di antaranya:
·
Terapi laser (laser photocoagulation). Terapi sinar laser
dapat digunakan untuk menghancurkan pembuluh darah yang memasok nutrisi pada
tumor sehingga dapat mematikan sel kanker.
·
Krioterapi. Terapi ini menggunakan cairan nitrogen untuk
membekukan sel kanker sebelum diangkat. Proses pembekuan dan pengangkatan dapat
dilakukan beberapa kali hingga sel kanker hilang seluruhnya.
·
Termoterapi. Dalam terapi ini, gelombang panas diarahkan
pada sel kanker dengan sinar laser, gelombang mikro, atau ultrasound.
· Radioterapi. Radioterapi dilakukan dengan
bantuan sinar-X. Ada dua jenis radioterapi atau terapi radiasi, yaitu radiasi
internal dan eksternal. Dalam radiasi internal, bahan radioaktif ditempatkan di
dekat tumor selama beberapa hari untuk memberikan efek radiasi secara
perlahan terhadap tumor. Sedangkan pada radiasi eksternal, radiasi dipancarkan
dari sebuah mesin untuk memberikan paparan yang lebih besar.
H.
KOMPLIKASI
Pada kasus yang parah,
retinoblastoma dapat menyebabkan berbagai komplikasi. Beberapa di antaranya
adalah:
1.
Ablasi retina.
2.
Perdarahan dalam bola
mata.
3.
Glaukoma.
4.
Peradangan jaringan bola mata dan sekitarnya
(selulitis orbita).
5.
Bola mata berkerut dan tidak berfungsi normal (phthisis
bulbi)
I. PEMERIKSAAN
PENUNJANG
a.
Hitung
darah lengkap (HDL)
Urinalisis dan kimia darah diprogramkan
untuk mengkaji status kesehatan secara umum.
b.
Apusan darah perifer
Diambil untuk menentukan
jenis sel dan maturitasnya.
c. Sinar X dada
Diambil pada semua
anak sebagai dasar atau untuk
diagnosis.
d. Ultrasonografi
Sering digunakan sebagai
alat untuk skrining.
e.Teknik
Pencitraan (CT Scan,
Ultrasonografi, MRI)
Digunakan untuk
mendeteksi massa tumor padat
f.
Biopsi
Sangat kritis
dalam mementukan
klasifikasi dan tahap kanker.
J.
KONSEP KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1.
Identitas klien
Meliputi
nama,umur, jenis klemin, status perkawinan, agama, suku bangsa alamat, diagnosa
penyakit, tanggal masuk, tanggal pengkjian, nomor medikal record.
2. Identitas
penanggung jawab
Meliputi,
nama, umur,
jenis klemin, hubungan dengan klien, status perkawinan, agama, suku
bangsa, alamat.
3. Riwayat
kesehatan
a. Keluhan
utama
Keluhan
dapat berupa perubahan persepsi penglihatan, demam, kurang nafsu makan,
gelisah,dannyeri
pada mata.
b. Riwayat
kesehatan sekarang
Perlu
dikaji apakah ditemukan suatu gejala yang menimbulkan suatu penyaki dengan
menggunakan metode PQRST.
c. Riwayat
kesehatan dahulu
Adakah
riwayat penyakit dahulu yang diderita pasien yang berhubungan dengan timbulnya
retinoblastoma yaitu adanya miopi tinggi, retinopati, trauma pada mata.
d. Riwayat
kesehatan keluarga
Perlu
dikaji apakah ada keluarganya yang menderita penyakit seperti
ini. Retinoblastoma bersifat herediter yang
diwariskan melalui kromosom, protein yang selamat
memiliki kemungkinan 50 % menurunkan anak
dengan retinoblastoma, atau penyakit yang lain yang bersifat kronis,
dan apakah ada riwayat penyakit keturunan.
3. Pengkajian pola fungsi Gordon
Ø Pola pemeliharaan dan persepsi
terhadap kesehatan
Pengetahuan klien tentang penyakitnya
saat ini, kebiasaan yang dilakukan oleh klien untuk menjaga kesehatannya. Kebiasaan
buruk yang dimiliki oleh klien terkait dengan penyakit yang dialaminy. Tindakan
yang dilakukan ketika klien sakit apakah memanfaatkan fasilitas kesehatan atau
bagaimana
Ø Pola nutrisi/ metabolic
Dalam pengkajian pola nutrisi dan
metabolic, kita perlu melakukan pengukurantinggi badan dan berat badan untuk
mengetahui status nutrisi pasien, selain itu juga ditanyakan kebiasaan makan
dan inum sebelum dan selama di rumah sakit. Makanan yang disukai atau adakah
riwayat alergi terhadap salah satu jenis makanan.
Ø Pola eliminasi
Dalam pengkajian pola eliminasi perlu
ditanyakan mengenai kebiasaan BAB dan BAK sebelum dan sesudah MRS. Kaji
mengenai frekuensi berkemih maupun BAB setiap harinya, konsistensinya, warna
dan baunya.
Ø Pola aktivitas dan latihan
Tanyakan kepada klien mengenai
kemampuan dalam melakukan aktifitas sehari-hari. Tanyakan apakah cepat
mengalami kelelahan pada saat melakukan aktivitas. Kegiatan olahraga apa yang
biasa dilakukan atau kegiatan apa yang menyebabkan penyakitnya kambuh.
Ø Pola tidur dan istirahat
Apakah kondisi mempengaruhi kualitas
tidur dan istirahat karena pasien akan mengalami kesulitan tidur yang
disebabkan oleh ketidaknyamananataupun karena lingkungan yang bising atau
suasana yag baru.
Ø Pola hubungan dan peran
Hubungan dengan orang tuanya, yang
penting dalam mengidentifikasi kekuatan dan support system dalam kehidupan
klien. Perawat juga harus mengkaji tingkat kenyamanan dalam menjalankan fungsi
peran yang berpotensi menjadi stress atau konflik.
Ø Pola persepsi dan kognitif
Persepsi pasien terhadap dirinya akan
berubah. Pasien yang sebelumnya sehat tiba-tiba mengalami sakit. Pasien akan
berfikir penyakitnya bersifat membahayakan dan mematikan. Dalam hal ini pasien
mungkin akan kehilangan gambaran positif terhadap dirinya.
Ø Pola sensori dan kognitif
Fungsi panca indra pasien tidak
mengalami perubahan, demikian juga proses berpikirnya.
Ø Pola seksual dan reproduksi
Kebutuhan seksual pasien dalam hal
ini hubungan seks intercourse akan terganggu untuk sementara waktu karena
pasien berad di rumah sakit dan kondisi fisiknya masih lemah. Pada anak-anak
bisa dikaji mengani bagaimana cara mengungkapkan kasih saying kepada orang
tuanya.orang tuanya Apakah dengan memeluk kedua orang tuanya atau orang lain.
Ø Pola manajemen koping stress
Bagi pasien yang belum mengetahui
proses penyakitnya akan mengalami stress dan mungkin pasien akan banyak
bertanya pada perawat dan dokter yang merawatnya atau orang yang mungkin
dianggapnya lebih tahu mengenai penyakitnya. Tanyakan tindakan apa yang
dilakukan ketika klien mempunyai masalah. Perilaku-perilaku dan kesiapan
menerima penyakitnya serta tindakan terapi yang harus dijalani secara rutin
dapat meningkatkan ansietas. Informasi tentang support system keluarga,
teman-teman, psikolog atau pemuka agama dapat memberikan sumber yang terbaik
untuk mengembangkan rencana perawatan.
Ø Pola keyakinan dan nilai
Nilai-nilai dan kepercayaan individu
dipengaruhi oleh kultur dan kebudayaan yang berperan penting dalam tingkat
konflik yang dihadapi klien ketika dihadapkan dengan penyakit yang dialami.
Biasanya sebagai seorang beragama pasien akan lebih mendekatkan dirinya kepada
tuhan dan menganggap bahwa penyakitnya adalah suatu cobaan dari tuhan.
5. Pemeriksaan
fisik
a. Kesadaran umum
Mengkaji
tingkat kesadran dan mengkaji tanda-tanda vital (tekanan darah, nadi,
respirasi, suhu)
b. Pemeriksaan
Khusus Mata
a) Gejala
dini mata nampak juling,
jika tumor sudah membesar, maka akan menonjol sampai keluar bola mata. Dalam
keadaan demikian biasanya mata sudah rusak sama sekali. Mata merah, rasa sakit
yang diiringi oleh glaukoma dan pelepasan retina.
b) Pemeriksaan
tajam penglihatan
pada
retinoblastoma, tumor dapat menyebar luas di dalam bola mata sehingga
dapat merusak semua organ di mata
yang menyebabkan tajam penglihatan sangat menurun.
c) Pemeriksaan
gerakan bola mata
Pembesaran
tumor dalam rongga mata akan menekan saraf dan bahkan dapat merusak saraf
tersebut dan apabila mengenai saraf III, IV, dan VI maka akan menyebabkan mata
juling.
d) Pemeriksaan
susunan mata luar dan lakrimal
Pemeriksaan
dimulai dari kelopak mata, sistem lakrimal, konjungtiva, kornea,
bilik mata depan, iris,
lensa dan pupil. Pada retinoblastoma
didapatkan:
· Leukokoria,
Yaitu reflek pupil yang berwarna putih.
· Hipopion, Yaitu
terdapatnya nanah di bilik mata depan.
· Hifema, Yaitu
terdapatnya darah di bilik mata depan
· Uveitis
e) Pemeriksaan
Pupil
Jika
penyakit sudah lanjut dan meluas ke hampir seluruh retina, maka pada mata klien
tampak leukokoria
(refleks pupil yang berwarna putih / mata kucing amaurotik), yaitu adanya
refleks kuning, putih atau abu-abu merah di pupil. merupakan keluhan
dan gejala yang paling sering ditemukan pada penderita dengan retinoblastomadan biasanya pupil
setengah melebar sertatidak
bereaksi terhadap cahaya.
f) Pemeriksaan
funduskopi
Menggunakan
oftalmoskopi untuk pemeriksaan media, papil saraf
optik, dan retina. Refleksi tak ada (atau gelap) akibat perdarahan yang banyak
dalam badan kaca.
g) Pemeriksaan
tekanan bola mata
Pertumbuhan
tumor ke dalam bola mata menyebabkan tekanan bola mata meningkat.
6.
Pemeriksaan Penunjang
a.
Hitung
darah lengkap (HDL)
Urinalisis dan kimia darah diprogramkan
untuk mengkaji status kesehatan secara umum
b. Apusan darah
perifer
Diambil untuk menentukan
jenis sel dan maturitasnya.
c. Sinar X dada
Diambil pada
semua anak
sebagai
dasar
atau
untuk diagnosis.
d. Ultrasonografi
Sering digunakan sebagai
alat untuk skrining.
e.Teknik
Pencitraan (CT Scan,
Ultrasonografi, MRI)
Digunakan untuk
mendeteksi massa tumor padat
f. Biopsi
Sangat kritis
dalam mementukan
klasifikasi dan tahap kanker.
B. Diagnosa
Keperawatan
a)
Nyeri
Akut berhubungan dengan factor biologis
b)
Gangguan
Persepsi Sensori (Penglihatan) berhubungan dengan perubahan persepsi sensori
c)
Resiko
Cidera berhubungan denganfaktor biologis ( gangguan penglihatan )
d)
Gangguan
Citra tubuh berhubungan dengan perubahan penampilan
C. Intervensi
Keperawatan
No
|
Diagnosa
|
Tujuan
dan kriteria hasil
|
Intervensi
|
1.
|
Nyeriakut
berhubungan dengan factor biologis
|
NOC
v
Pain
Level
v
Pain
control
v
Comfort
level
Kriteria
Hasil :
v
Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri,
mampu menggunakan tehnik non farmakologi untuk mengurangi nyeri).
v
Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan
menggunakan manajemen nyeri.
v
Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas,
frekuensi dan tanda nyeri).
v
Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang
|
NIC
Pain
Management
·
Lakukan
pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik,durasi,frekuensi,
kualitas.
·
Observasi
reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan
·
Ajarkan
tentang tehnik non farmakologi
·
Berikan
analgetik untuk mengurangu nyeri
·
Kolaborasikan
dengan dokter jika ada keluhan dan tindakan nyeri tidak berhasil.
|
2.
|
Gangguang
persepsi sensori (penglihatan) berhubungan dengan perubahan persepsi sensori
|
NOC
v
Sensori
function : hearing
v
Sensori
function : vision
v
Sensori
function : taste and smell
Kriteria
Hasil :
v
Menunjukkan
tanda dan gejala persepsi sensori baik : penglihatan, pendengaran, makan dan minum baik
v
Mampu
mengungkapkan fungsi persepsi dan sensori dengan tepat
|
NIC
·
Kaji
fungsi penglihatan klien
·
Jaga
kebersihan mata
·
Monitor
penglihatan mata
·
Monitor
tada dan gejala kelainan penglihatan
·
Monitor
lapang pandang, visus, penglihatan
klien
|
3
|
Resiko
cidera berhubungan dengan factor biolois (gangguan penglihatan)
|
NOC
v Risk
control
Kriteria Hasil
:
v Klien
terbebas dari cedera
vKlien mampu
menjelaskan cara/metode untuk mencegah injury/cedera
vMampu
mengenali status kesehatan
|
NIC
Environmentmanagement
(manajemen lingkungan)
·
Sediakan
lingkungan yang aman untuk pasien
·
Identifikasi
kebutuhan keamanan pasien , sesuai dengan kondisi fisik dan fungsi kognitif
pasien.
·
Memasang
side rail tempat tidur
·
Menyediakan
tempat tidur yang aman
·
Menganjurkan
keluarga untuk menemani pasien
·
Memindahkan
barang barang yang dapat membahayakan
|
4
|
Gangguan
citra tubuh berhubungan dengan perubahan penampilan
|
NOC
vBody image
Kriteria
Hasil :
v
Body image positif
vMampu mengidentifikasi kekuatan
personal
vMendiskripsikan secara factual
perubahan fungsi tubuh
vMempertahankan interaksi sosial
|
NIC
Body
image enhancement
·
Kaji
secara verbal dan non verbal respon klien terhadap tubuhnya
·
Monitor
frekuensi mengkritik dirinya
·
Dorong
klien mengungkapkan perasaannya
·
Jelaskan
tentang pengobatan , perawatan , kemajuan dan prognosis penyakit
|
D. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Implementasi merupakan
pelaksanaan rnecana keperawatan oleh perawat terhadap pasien. Ada beberapa hal
yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan rencana keperawatan diantaranya :
intervensi dilaksanakan sesuai dengan rencana setelah dilakukan validasi :
keterampilan interpersonal, ternikal dan intelektual dilakukan dengan cermat
dan efisien pada situasi yang tepat, keamanan fisik dan psikologis klien
dilindungi serta dokumentasi intervensi dan respon klien. Pada tahap
implementasi ini merupakan aplikasi secara kongkrit dari rencana intervensi
yang telah dibuat untuk mengatasi masalah kesehatan dan perawatan yang muncul
pada pasien.
E. EVALUASI KEPERAWATAN
Evaluasi adalah tindakan
intelektual untuk melengkapi proses keperawatan yang menandakan seberapa jauh
diagnose keperawatan , rencana tindakan dan pelaksanaannya sudah berhasil
dicapai kemungkinan terjadi pada tahap evaluasi proses dan hasil. Evaluasi
adalah suatu penilaian terhadap keberhasilan rencana keperawatan untuk memenuhi
kebutuhan-kebutuhan klien.
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Retinoblastoma adalah kanker yang
bermula di retina atau selaput jala mata. Retinoblastoma menyerang retina yang
terletak pada dinding bola mata bagian belakang.
Retina terdiri dari jaringan saraf
yang berfungsi untuk mengirimkan pola cahaya yang ditangkapnya kepada otak
melalui saraf optik, sehingga mata bisa melihat. Saat
terjadi retinoblastoma, sel-sel mata yang disebut retinoblas tidak berubah
menjadi sel matang, melainkan terus membelah diri sehingga membentuk kanker
pada retina.
B. SARAN
Perawat diharapkan mampu memahami
tentang konsep penyakit retinoblastoma pada anak dan mengaplikasikannya dalam
asuhan keperawatan.
DAFTAR PUSTAKA
Amin
Huda dan Hardhi Kusuma. (2016). Asuhan
Keperawatan Praktis Berdasarkan Penerpan Diagnosa Nanda, Nic,Noc, Dalam
berbagai kasus. Ed 2.Jogjakarta. MediAction Publishing.
Herdman,
T. Heather. (2015). Nanda International
Inc. diagnosis Keperawatam: definisi & klasifikasi 2015-2017. Ed 10.
EGC
Sue
Moorhead, dkk. (2013). Nursing Outcomes
Classification (NOC) pengukuran outcomes kesehatan. Ed 5. United kingdom.
Elsevier