Rabu, 11 Januari 2017

LAPORAN PEDAHULUAN FRAKTUR dan Asuhan Keperawatan Fraktur



LAPORAN PENDAHULUAN
FRAKTUR

A.    PENGERTIAN
Fraktur adalah patah tulang, biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik. Kekuatan dan sudut dari tenaga tersebut, keadaan tulang, dan jaringan lunak sekitar tulang akan menentukan apakah fraktur yang terjadi itu lengkap atau tidak lengkap. Fraktur lengkap terjadi apabila tulang patah, sedangkan pada fraktur tidak lengkap tidak melibatkan seluruh ketebalan tulang.( price, Wilson 2005).
Fraktur adalah gangguan komplet atau tak komplek pada kontinuitas struktur tulang dan didefenisikan sesuai dengan jenis dan keluasannya.Fraktur terjadi ketika tulang menjadi subjek tekanan yang lebih besar dari yang dapat diserapnya.Fraktur dapat disebabkan oleh hantaman langsung, kekuatan yang meremukan gerekan memuntir yang mendadak atau bahkan karena kontraksi otot yang ekstrem. Ketika tulang paatah, struktur disekitarnya juga terganggu, menyebabkan edema jaringan lunak, heoragi ke otot dan sendi, dislokasi sendi, rupture tendon, gangguan saraf, dan kerusakan pembuluh darah. Organ tubuh dapat terluka akibat gaya yang disebabkan oleh fraktur atau oleh fragmen fraktur. ( Brunner& suddarth 2013).
Fraktur merupakan suatu kondisi dimana kontinuitas tulang hilang, baik bersifat local maupun sebagian.Secara umum keadaan patah tulang secara klinis dapat diklasifikasikan menjadi fraktur tertutup (simple fracture) yaitu fragmen tulangnya tidak menembus kulit dan fraktur terbuka (compoad fracture) yaitu fraktur yang mempunyai hubungan dengan dunia luar luka pada kulit serta jaringan lunak. (mutaqin, 2008 dalam susi hanifah kurnia).

B.     ETIOLOGI
Menurut sachdeva (1996) penyebab fraktur dibagi menjadi tiga yaitu :
1.      Cedera traumatic
Cedera traumatic pada tulang dapat disebabkan oleh :
a.       Cedera langsung berarti pukulan langsung terhadap tulang sehingga tulang patah secara spontan. Pemukulan biasanya menyebabkan fraktur melintang dan kerusakan pada kulit diatasnya.
b.      Cedera tidak langsung berarti pukulan langsung berada jauh dari lokasi benturan, misalnya jatuh dengan tangan berjulur dan menyebabkan fraktur klavikula.
c.       Fraktur yang disebabkan oleh kontraksi keras yang mendadak dari otot yang kuat.
2.      Fraktur patologik
Dalam hal ini kerusakan tulang akibat proses penyakit dimana dengan trauma minor dapat mengakibatkan fraktur dapat juga terjadi pada berbagai keadaan berikut :
a.       Tumor tulang (jinak atau ganas) : pertumbuhan jaringan baru yang tidak dapat terkendali dan progresif.
b.      Infeksi seperti osteomielitis : dapat terjadi akibat infeksi akut atau dapat timbul sebagai salah satu proses yang progresif, lambat dan sakit nyeri.
c.       Rakhitis : suatu penyakit tulang disebabkan oleh defisiensi vitamin D yang mempengaruhi semua jaringan skelet lain, biasanya disebabkan kegagalan absorbs vitamin D atau oleh karena asupan kalsium atau fosfat yang rendah.
3.      Secara spontan
Disebabkan oleh stress tulang yang terus menerus misalnya pada penyakit polio.

C.    MANIFESTASI KLINIS
Tanda dan gejala klinis fraktur  :
a.       Nyeri akut
b.      Kehilangan fungsi
c.       Deformitas
d.      Pemendekan ekstremitas
e.       Krepitus
f.       Oedema lokal serta ekimosis

D.    PATOFISIOLOGI
Fraktur gangguan pada tulang biasanya disebabkan oleh trauma gangguan adanya gaya dalam tubuh yaitu stress, gangguan fisik, gangguan metabolic, patologik. Kemampuan otot mendukung tulang turun, baik yang terbuka ataupun yang tertutup. Kerusakan pembuluh darah akan mengakibatkan perdarahan, maka volume darah menurun. COP menurun maka terjadi perubahan perfusi jaringan. Hematoma akan mengeksudasi plasma dan poliferasi edema lokal maka penumpukan di dalam tubuh. Fraktur terbuka atau tertutup akan mengenai serabut saraf yang dapat menimbulkan gangguan rasa nyaman nyeri.
Selain itu dapat mengenai tulang dan dapat terjadi revral vaskuler yang menimbulkan nyeri gerak sehingga mobilitas fisik terganggu.Disamping itu fraktur terbuka dapat mengenai jaringan lunak yang kemungkinan dapat terjadi infeksi dan kerusakan jaringan lunak dapat mengakibatkan kerusakan intregitas kulit.
Fraktur adalah patah tulang, biasanya disebabkan oleh trauma gangguan metabolic, patologik yang terjadi itu terbuka atau tertutup. Baik fraktur terbuka atau tertutup akan mengenai serabut saraf yang dapat menimbulkan gangguan rasa nyaman nyeri. Selain itu dapat mengenai tulang sehingga akan terjadi neurovaskuler yang akan menimbulkan nyeri gerak sehingga mobilitas fisik terganggu, disamping itu terbuka dapat mengenai jaringan lunak yang kemungkinan dapat terjadi infeksi terkontaminasi dengan udara luar.
Pada umumnya pasien fraktur terbuka maupun tertutup akan dilakukan immobilitas yang bertujuan untuk mempertahankan fragmen yang telah dihubungkan tetap pada tempatnya sampai sembuh.

F.     PEMERIKSAAN PENUNJANG
MenurutDoenges(2000)adabeberapapemeriksaanpenunjangpadapasien fraktur antaralain:
1.      Pemeriksaan roentgen : untuk menentukan lokasi, luas danjenis fraktur
2.      Scantulang,tomogram,CT-scan/MRI:memperlihatkanfrakturdan mengidentifikasi kerusakan jaringan lunak
3. Pemeriksaan darahlengkap:Htmungkkinmeningkat(hemokonsentrasi) atau menurun(perdarahanbermakna pada sisi fraktur atauorganjauh pada trauma multiple).Peningkatan seldarahputihadalah responstress normal setelah trauma.
4.  Kreatinin  :  Traumaototmeningkatkan  beban  kreatinin  untuk  klirens ginjal.
5. Profil koagulasi : perubahan dapat terjadi pada kehilangan darah, transfusemultiple, atau cederahati.
G.    PENATALAKSANAAN
Prinsip penanganan fraktur meliputi :
1.      Reduksi
Reduksi fraktur berarti mengembalikan fragmen tulang pada kesejajarannya dan rotai anatomis.Reduksi tertutup, mengembalikan fragmen tulang ke posisinya (ujung-ujungnya saling berhubungan) dengan manipulasi dan traksi manual.Alat yang digunakan biasanya traksi, bidai dan alat yang lainnya.Reduksi terbuka dengan pendekatan bedah. Alat fiksasi interna dalam bentuk pin, kawat, sekrup, plat, paku.
2.      Imobilisasi
Imobilisasi dapat dilakukan dengan metode eksterna dan interna.Mempertahankan dan mengembalikan fungsi status neurovaskuler selalu dipantau meliputi peredaran darh, nyeri perabaan, gerakan.Perkiraan waktu imobilisasi yang dibutuhkan untuk penyatuan tulang yang mengalami fraktur adalah sekitar 3 bulan.

H.    PENGKAJIAN KEPERAWATAN
a.  Riwayat penyakitsekarang
Kajikronologiterjadinyatraumayang menyebabkanpatahtulang kruris, pertolonganapayang didapatkan,apakahsudahberobatkedukunpatah tulang. Selainitu,denganmengetahuimekanisme terjadinyakecelakaan, perawatdapatmengetahuiluka kecelakaanyanglainya.Adanyatrauma lututberindikasipada frakturtibia proksimal.Adanyatraumaangulasi akanmenimbulkanfrakturtipe konversalatauoblikpendek,sedangkan traumarotasiakanmenimbulkantipe spiral.Penyebabutamafraktur adalah kecelakaan lalu lintas darat.
b.   Riwayat penyakitdahulu
Pada  beberapa  keadaan, klien yang pernah berobat ke  dukun patah tulang  sebelumnya sering  mengalami mal-union. Penyakit tertentu seperti kanker  tulang  atau menyebabkan  fraktur  patologis sehingga tulang sulitmenyambung.Selainitu,kliendiabetesdenganlukadikaki sangat beresiko mengalami osteomielitis akut dan kronik serta penyakit diabetes menghambat penyembuhan tulang.
Riwayat penyakit keluarga
Penyakit keluarga yang berhubungan dengan penyakit pattah tulang tibia adalah faktor presdiposisi terjadinya fraktur. Seperti osteoporosis yang sering terjadi pada beberapa kasus dan kanker tulang yang cenderung diturunkan secara genetik.
1.      Pola fungsi kesehatan
a.       Pola nutrisi dan metabolisme
Pada klien fratur harus mengkonsumsi nutrisi elebihi kebutuhan sehari-harinya seperti kalium,zat besi, protein, vit c dan lainnya. Untuk membantu penyembuhan tulang.
b.      Pola eliminasi
Klien dapat cenderung mengalami gangguan eleminasi BAB seperti konstipasi dan gangguan eleminai urine akibat adanya program eleminasi dilakukan ditempat tidur/ karena pasien bedrest.
c.       Pola istirahat
Klien dapat cenderung mengalami perubahan istirahat tidu namun tidak berarti. Ada beberapa kondisi yang dapat menyebabkkan pola istirahat terganggu seperti timbulnya rasa nyeri yang hebat dan dampak hospitalisasi.
d.      Pola aktivitas
Umumnya klien tidak dapat melakukan aktivitas (rutinitas) sebagaimana biasanya yang hampir seluruh aktivitas dilakukan di tempat tidur.
e.       Pola personal hygine
Klien masih mampu melakukan personal hygiene, namun harus ada bantuan dari orang lain, aktivitas ini sering dilakukan klien di tempat tidur.


2.      Pemeriksaan fisik
Keadaan umum          : GCS / kesadaran
TTV                          : Biasanya tidak normal karena ada gangguan fisik
a.       Kepala : Inpeksi : tidak ada ganggan yaitu normal,simetris, tidak ada benjolan.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan.
b.      Leher : Inspeksi : tidak ada gangguan yaitu tidak ada penonjolan, refleks menelan ada.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan.
c.    Wajah : Inspeksi : wajah terlihat simetris, jika terdapat fraktur terdapat oedema/memar.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan.
d.      Mata :Inspeksi : tidak ada gangguan, seperti konjungtiva, tidak ada anemis, namun apabila kalau ada perdarahan maka konjungtiva anemis.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
e.       Telinga :Inspeksi : simetris, tidak ada serumen yang keluar.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan.
f.       Mulut dan gigi : Inspeksi: mukosa bibir lembab, gusi tidak ada perdarahan.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan.
g.      Thoraks :Inspeksi: gerak dada simetris, tidak ada oedem.
Palpasi : tidak terdapat nyeri tekan, focal fremitus teraba di seluruh lapang paru.
Perkusi : sonor, tidak ada suara redup atau suara tambahan.
Auskultasi : vesikuler, tidak terdapat suara nafas tambahan  ronchi/wheezing.
h.      Jantung :Inspeksi : simetris, tidak tampak ictus cordis
Palpasi : ictus cordis teraba di Ics 5
Perkusi : pekak
Auskultasi : S1S2 tunggal
i.        Abdomen :Inpeksi :bentuk datar, simetris
Palpasi :turgor baik, hepar tidak teraba
Perkusi : suara timpani
Auskultasi : peristaltik usus meningkat/menurun
I.       DAFTAR DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.      Nyeri akut
2.      Hambatan mobilitas fisik
3.      Ansietas
4.      Gangguan pola tidur
5.      Gangguan persepsi sensori




J.      INTERVENSI KEPERAWATAN
1.      Nyeri akut
Tujuan    ::setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam klien mampu beradaptasi dengan nyeriyangdialami.
KriteriaHasil :
1.      Nyeri klien berkurang
2.      Klien tampak tenang
3.      Ttv dalam batas normal
TD : 120/80 mmHg
Nadi  : 60-100 x/menit
RR :  16-24 x/menit
Suhu : 36,5 - 37,5

Rencana Intervensi:
RENCANA INTERVENSI
RASIONAL
1.      Monitoring nyeri
a.    Monitoring skala nyeri.

b.      Observasi TTV.

c.       Observasi penyebab nyeri, kualitas, waktu dan penyebab nyeri.
2.      Management nyeri
d.      Ajarkan teknik nafas dalam dengan bernafas melalui hidung dan mengeluarkan dari mulut.
3.      Edukasi
e.       Berikan informasi tentang nyeri termasuk penyebab nyeri, berapa lama nyeri akan hilang, antisipasi terhadap ketidaknyamanandari prosedur
4.      Kolaborasi
f.       Lakukan kolaborasi dengan dokter dalam pemberian analgetik.















a.       Memantau skala nyeri dengan menentukan kualitas nyeri yang dirasakan.
b.      Mengetahui keadaan umum klien.

c.       Mengetahui tingkatan dan lokasi nyeri.



d.      Teknik distraksi dan relaksasi membantu untuk mengurangi nyeri.



e.       Pemberian “health education” dapat mengurangi tingkat kecemasan dan membantu klien dalam membentuk mekanisme koping terhadap rasa nyeri.



Pemberian analgetik mempercepat penyembuhan nyeri.



2.      Hambatan Mobilitas Fisik
Tujuan          :Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan pasien mampu melakukan mobilisasi secara bertahap.
KriteriaHasil   :
1.      Pasien mampu melakukan ROM aktif, dan ambulasi dengan perlahan.
2.      Neuromuskuler dan skeletal tidak mengalami atrofi dan terlatih.
3.      Pasien mampu sedini mungkin melakukan mobilisasi apabila kontinuitas neuromuskuler dan skeletal berada dalam tahap penyembuhan total.




Rencana Intervensi:
RENCANA INTERVENSI
RASIONAL
1.      Mandiri
a.       Kaji tingkat kemampuan ROM aktif pasien .



b.       anjurkan pasien untuk melakukan ambulasi

2.      Edukasi .
c.       Ajarkan cara-cara yang benar dalam melakukan macam-macam mobilisasi seperti ROM aktif, dan ambulasi
3.      Kolaborasi
Kolaborasi dengan fisioterapi dalam penanganan traksi yang boleh digerakkan dan yang belum boleh digerakkan

















a.       ROM aktif dapat membantu  dalam mempertahankan/ meningkatkan kekuatan dan kelenturan otot, mempertahankan fungsi cardiorespirasi, dan mencegah kontraktur dan kekakuan sendi
b.      ambulasi merupakan usaha koordinasi diri muskuloskeletal dan sistem saraf untuk mempertahankan keseimbangan yang tepat

c.       Agar pasien terhindar dari kerusakan kembali pada ekstremitas yang luka



Penanganan yang tepat dapat mempercepat waktu penyembuhan






3.Ansietas
Tujuan :Setelah diberikan asuhan keperawatan selama …x 24 jam diharapkan klien tidak mengalami kecemasan
Kriteria Hasil :
NOC: anxiety level
Kecemasan pada klien berkurang dari skala 3 menjadi skala 4
Rencana Intervensi:
RENCANA INTERVENSI
RASIONAL
Anxiety Reduction
a.       Mendengarkan penyebab kecemasan klien dengan penuh perhatian
  1. Observasi tanda verbal dan non verbal dari kecemasan klien



Calming Technique
a.       Menganjurkan keluarga untuk tetap mendampingi klien
  1. Mengurangi atau menghilangkan rangsangan yang menyebabkan kecemasan pada klien
Coping enhancement
a.       Meningkatkan pengetahuan klien mengenai glaucoma.
  1. Menginstruksikan klien untuk menggunakan tekhnik relaksasi
















Anxiety Reduction
a.       Klien dapat mengungkapkan penyebab kecemasannya sehingga perawat dapat menentukan tingkat kecemasan klien dan menentukan intervensi untuk klien selanjutnya.
  1. mengobservasi tanda verbal dan non verbal dari kecemasan klien dapat mengetahui tingkat kecemasan yang klien alami.
Calming Technique
a.       Dukungan keluarga dapat memperkuat mekanisme koping klien sehingga tingkat ansietasnya berkurang
  1. Pengurangan atau penghilangan rangsang penyebab kecemasan dapat meningkatkan ketenangan pada klien dan mengurangi tingkat kecemasannya
Coping enhancement
a.       Peningkatan pengetahuan tentang penyakit yang dialami klien dapat membangun mekanisme koping klien terhadap kecemasan yang dialaminya
  1. tekhnik relaksasi yang diberikan pada klien dapat mengurangi ansietas








K.    REFERENSI
NANDA International. 2015. Diagnosis Keperawatan: Definisi, Dan Klasifikasi 2015-2017/Editor, T. Heather Herdman; Alih Bahasa, Made Sumarwati, Dan Nike Budhi Subekti ; Editor Edisi Bahasa Indonesia, Barrah Bariid, Monica Ester, Dan Wuri Praptiani. Jakarta; EGC.
Mooprhed, (et al). 2013. Nursing Outcomes Classifications (NOC) 5th Edition. Missouri: Mosby Elsevier
Gloria M. Bulechek, (et al).2013. Nursing Interventions Classifications (NIC) 6th Edition. Missouri: Mosby Elsevier
Brunner & Suddart. 2015. Keperawatan Medikal Bedah. Ed 12. Jakarta. EGC
Huda Amin. 2016. Asuhan Keperawatan Praktis Berdasarkan Penerpan Diagnosa Nanda, Nic, Noc dalam Berbagai Kasus. Ed. Jilid 1. Yogyakarta. MediAction